KORANHeadline.com, KENDARI – Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Kendari, Ridwansyah Taridala mengajak mahasiswa Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra) untuk selalu tanggap bencana Hidrometereologi di musim penghujan ini.
Ajakan ini, Sekda sampaikan saat membawakan materi pada Seminar bertajuk “Waspada Bencana Hidrometereologi di Musim Hujan” yang digagas civitas Universitas Sulawesi Tenggara di Workshop and Training Center, Rabu (10/1).
“Tentu pemerintah kota mengucapkan terima kasih kepada rektor yang telah menyelanggarakan kegiatan ini. Insyaallah lewat seminar ini menjadi referensi kita dalam mengatasi bencana. Kita di Kendari ada pengalaman di awal 2023 sehingga kita mengajak seluruh lapisan masyarakat (termasuk mahasiswa, red) meningkatkan kewaspadaan karena ini (masalah bencana, red) menjadi tanggung jawab bersama,” terangnya.
Jenderal ASN Kota Kendari menambahkan, saat ini pihaknya gencar melakukan pembersihan area drainase yang menjadi titik luapan air ketika musim penghujan tiba. Termasuk mengurangi pohon-pohon tua yang berpotensi amruk ketika angin kencang.
“Sejak awal 2023 sampai sekarang ini kita mengurangi pohon-pohon yang kita anggap beresiko. Kemudian penyebab banjir, bankan ada beberapa titik sudah kita tindaki untuk mengatasi banjir,” ungkap Sekda.
Sementara itu, Rektor Unsultra, Prof Andi Bahrun yang juga Ketua Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia (Perhimpi) Sultra mengatakan bahwa seminar kali ini melibatkan tidak hanya dari Pemkot Kendari melainkan juga dari BPBD, DLHK Sultra, BMKG Kendari dan juga Mapala.
“Harapan kita adalah para narasumber memberikan informasi, kemudian beberapa pengalaman-pengalaman yang telah dilaksanakan dan akan ada inovasi inovasi yang ditawarkan, termasuk dari pihak kampus,” terang Prof Andi Bahrun.
Inovasi yang ditawarkan dari kampus, sambung dia, bisa lewat hasil riset terkait bencana banjir khususnya Kota Kendari. Menurutnya, saluran drainase Kota Kendari sudah memenuhi syarat, hanya saja memang sebagian ada yang masih tertutupi sampah dan terjadi sedimentasi.
“Sehingga tidak cukup lagi untuk menampung air dan kemudian meluap. Hal lainnya mungkin karena tidak ada sumur resapan, biopori dan sebagainya sehingga aliran permukaan tinggi tidak masuk kedalam tanah,” ujarnya.
Prof Andi Bahrun menambahkan, seminar kali ini menjadi penting bagi mahasiswa. Pasalnya, berdasarkan konsep awal merupakan FGD namun berubah menjadi seminar.
“Karena apa? Karena saya menghadirkan semua mahasiswa KKN. Harapan saya mahasiswa KKN hari ini mendapatkan informasi, ilmu dalam penanganan dan mitigasi bencana. Ini bisa mereka implementasikan dalam program KKN nya. Mudah-mudahan dan saya sudah harapkan,” pungkasnya. (red/id)