Daerah

Guru Besar FKM Unhas Prof Sukri Palutturi Jadi Narasumber pada Musrembang Kota Jakarta Timur

215
×

Guru Besar FKM Unhas Prof Sukri Palutturi Jadi Narasumber pada Musrembang Kota Jakarta Timur

Sebarkan artikel ini
Guru Besar FKM Unhas, Prof. Sukri Palutturi menjadi narasumber pada Musrembang Tingkat Kota Administrasi Jakarta Timur.

KORANHeadline.com, KENDARI – Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof. Sukri Palutturi, SKM, M.Kes., MSc.PH, PhD, mendapat kesempatan menjadi narasumber pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrembang) Tingkat Kota Administrasi Jakarta Timur.

Acara yang berangsung secara hybrid 20 Maret 2025 diadakan dalam upaya untuk membahas rencana pembangunan Kota Jakarta Timur dalam mencapai kota sehat dalam konteks global.

Dalam kesempatan ini, Prof. Sukri Palutturi, yang juga sebagai Dekan FKM Unhas memulai presentasinya dengan menyampaikan region-region WHO dimana Indonesia berada pada region SEAR bersama dengan negara seperti Bangladesh, Butan, DPR Korea, India, Maldives, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand dan Timor Leste.

Jadi umumnya Indonesia berada pada rumpun negara yang sebagai besar dari negara-negara berkembang. Jadi Indonesia tidak serumpun dengan negara seperti Malaysia, Brunei, Philipina dan Singapura dalam konteks kota sehat. Mereka berada pada region Western Pasific bersama dengan negara-negara maju seperti Australia, China, Jepang, dan Korea. Itulah sebabnya mereka dapat belajar dari faktor-faktor sukses mengenai bagaimana kota sehat diimplementasikan di region tersebut.

Baca Juga :  BPBD Kota Kendari dan BPBD Konawe Selatan Bangun Kolaborasi Pengurangan Risiko serta Penanggulangan Bencana

Prof Sukri menyampaikan bahwa kota sehat global adalah konsep yang mengintegrasikan aspek kesehatan, lingkungan, dan sosial dalam pembangunan kota. “Kota sehat secara global harus memiliki sistem kesehatan yang kuat, lingkungan fisik dan sosial yang sehat, serta dukungan berbagai stakeholder termasuk pihak swasta dan masyarakat yang aktif dan produktif,” terang Prof Sukri, Jakarta.

Prof Sukri menyampaikan bahwa Jakarta termasuk 17 kota besar dunia bersama dengan kota-kota lainnya misalnya Amsterdam, Sydnei, Vienna, Copenhagen, Helsinki, Berlin, Barcelona dan kota lainnya. Secara global tantangan kesehatan termasuk perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan, air bersih, penduduk dan sumber daya, kesenjangan si kaya dan si miskin, energi, isu gender dan perdamaian dan konflik.

Baca Juga :  Kadin Sultra-Pemda Kolaka Utara Kompak Tekan Inflasi Lewat Pasar Murah, Berikut Titik Lokasinya

Prof Sukri juga menyampaikan bahwa Jakarta Timur termasuk menjadi bagian yang memiliki potensi besar untuk menjadi kota sehat secara global. Jakarta Timur memiliki sumber daya yang cukup, infrastruktur yang baik, dan masyarakat yang aktif dan produktif. Meskipun demikian, Jakarta Timur masih memiliki beberapa tantangan dalam mencapai kota sehat global, misalnya masih memiliki masalah lingkungan, seperti polusi udara dan air, serta masalah kesehatan, seperti peningkatan kasus penyakit tidak menular.

Oleh karena itu, perlu adanya kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan swasta untuk menciptakan lingkungan yang sehat, meningkatkan kualitas kesehatan, dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya hidup sehat. Selain itu, melalui Musrembang ini, menjadi sarana untuk menyusun perencanaan yang matang dan terintegrasi dalam mencapai kota sehat global.

Baca Juga :  Hermawan Lambotoe Didorong Warga Ikut Pileg 2024, Dinilai Komitmen Perjuangkan Kepentingan Masyarakat

Konsep kota sehat itu, pemahaman terhadap setting atau wilayah sehingga para perencana harus mampu memahami dan mengidentifikasi masalah yang ada pada wilayah tersebut sehingga dengan demikian dapat menentukan solusi dan stakeholder mana yang perlu terlibat mengambil peran secara interdisipliner.

Diakhir sesi materi, Prof. Sukri juga menawarkan kepada pemerintah Kota Jakarta Timur untuk menjadi anggota jejaring kota sehat Asia Tenggara bahkan Aliansi Kota Sehat pada negara-negara di Western Pasific Region. Ada banyak manfaat yang diperoleh dari keanggotaan tersebut, misalnya dapat saling belajar mengenai faktor-faktor sukses dan faktor-faktor gagal implementasi kota sehat pada masing-masing negara anggota.

“Selain itu terdapat event internasional dan bahkan dapat mendesain kegiatan peningkatan kapasitas pada isu-isu tertentu yang dianggap relevant dan urgent,” pungkas Prof Sukri. (red/id)













Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!